Review Buku: Janji

         Seburuk apapun manusia pernah berperilaku, jika telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa, ia bisa bertaubat dan menjadi manusia yang mulia.


Barangkali itulah salah satu kesimpulan kita setelah membaca buku Janji karya Tere Liye ini.

(Versi cetak)

(Versi ebook)

        Tere Liye memang menguasai sekali tema dan jenis novel seperti ini, tentang mengambil pelajaran dari hidup, tentang perjalanan manusia, tentang makna sesungguhnya segala sesuatu.
        Ketika membacanya, tanpa sadar kita telah berlalu dari halaman-halaman awal, dan tanpa sadar pula telah sampai di akhir kisah. Bisa dibilang bahwa seluruh bagian sangat merata, tidak ada yang lebih menonjol, sehingga setiap selesai suatu kalimat dibaca, kalimat berikutnya pun sangat ingin dibaca, karena pasti ada kejutan lainnya.
        Latar tempat yang memang khas Tere Liye sekali, juga tokoh dan gaya bahasanya. Untuk jenis buku yang pesannya seperti itu, buku ini di atas rata-rata, nilai 100/100 dari saya.
        Ceritanya cocok dibaca remaja usia 15 hingga lebih dewasa dari itu.

Tokoh penting:

- Bahar (Bahrun, Bahar Safar)

- BAso, HAsan, KaHARuddin (ada kata Bahar-nya juga, ya)

--------------Sampai di atas adalah tokoh yang benar-benar utama.

Tokoh lainnya:

- Buya, ayahnya Buya, pendiri dan pengelola sekolah agama.

- Bos Acong, mantan penguasa Kota Tua.

- Asep, seorang tukang pijat buta yang tinggal di sebelah kontrakan Bahar (mengontrak juga).

- Mansyur, mantan sipir, kini jadi pengusaha produksi sandal.

- Pak Muhib.

- Delima, istri Bahar.

- Haryo, Budi, dan Surti.

- Pak Sueb, "marbot masjid".

Jalan cerita:

Baso, Hasan, dan Kaharuddin adalah anak yang sering membuat onar di sekolah agamanya. Suatu ketika, mereka berbuat hal yang sangat keterlaluan, sehingga guru mereka memutuskan memberi hukuman yang akan membuat mereka berubah, yaiti mencari jejak orang bernama Bahar, yang ternyata dulunya juga murid di sekolah agama itu. Bahar dibiarkan pergi dari sekolah karena menyebabkan kecelakaan besar yang merenggut nyawa murid lain. Namun, malam setelah Bahar pergi, dan malam-malam berikutnya, Buya yang merupakan guru Bahar bermimpi bahwa Bahar akan menjadi ahli surga. Karena penasaran akan apa yang membuat Bahar dapat masuk surga sedangkan ia diketahui sangat senang mabuk, berjudi, dan berkelahi, bahkan sampai pernah menyebabkan kematian orang lain, gurunya terus mencarinya, namun tidak berhasil menemukan Bahar sampai ia pun wafat.

Untuk menemukan pembuat masalah, pantas untuk berpikir seperti pembuat masalah. Itulah faktor penting mengapa trio pembuat masalah di masa kini ditugasi mencari seniornya yang terpaut jarak usia lebih dari 40 tahun.

Komentar